| Profile Maestro
Siapa yang tak kenal dengan Mbah Surip ? seorang mantan penyanyi dan pengamen jalanan yg namanya melambung di tahun 2009 lewat lagunya "Tak Gendong". Orang mungkin melihat bahwa Mbah Surip seakan-akan terlalu cepat nge-TOP nya, seperti penyanyi karbitan yag cepat melambung tapi juga cepat tenggelam. Anggapan itu salah besar, krn Mbah surip mengalami masa-masa sulit dan gelap yg penuh dengan lika-liku dan perjuangan, bahkan pernah Mbah Surip berjalan kaki dari Bulungan menuju Ancol dengan hanya menenteng guitar buatannya sendiri. Mbah Surip sangat di kenal di kalangan pengamen bulungan sejak tahun 85-an, terutama pengamen dari kalangan arek suroboyo dan jawa timur yg sangat mendominasi di kelompok KPJ Bulungan. Mbah Surip juga sudah banyak menciptakan lagu-lagu sebelum lagu Tak Gendong menjadi Hit saat ini. Ia sudah melahirkan tujuh album, yaitu Ijo Royo-royo, Siti Maelan, Indonesia Satu, Bonek, Barang Baru, Bangun Tidur, dan Tak Gendong. Khusus lagu tentang Bonek Ia dedikasikan buat semangat perjuangan Bonek dalam mendukung Persebaya (Untuk mendengarkan lagu Bonek karangan Mbah Surip silahkan download)
Ayah empat anak dan kakek empat cucu yang lahir di ”Jerman” alias Jejer Kauman, Magersari, Mojokerto, Jawa Timur, ini mungkin selalu menjadi anomali di sekitar lingkungan ”gaulnya”. Selama bertahun-tahun, Mbah Surip beredar di Warung Apresiasi (Wapress) Bulungan, TIM, dan Pasar Seni Ancol sebagai orang ”merdeka”. Hidupnya suka-suka. ”Siapa yang dekat dengannya, dialah yang menghidupi.
”Mbah sekarang ini tinggal di mana?” tanya Tarzan, ketika memandu acara TV
”Ya, masih di Indonesia, ha-ha-ha...,” jawab Mbah Surip sambil terkekeh. Tarzan, yang biasanya tangkas bertukar dialog saat melawak, kali ini seperti mati angin. Ia cuma nyengir sembari menggaruk-garuk kepala.
Lelaki bernama asli Urip Ariyanto ini selalu tampil di depan publik dengan gaya ”kebesarannya”, rambut gimbal serta topi, baju, dan celana berwarna bendera Jamaika. Gaya ”rastafarian” ini memang mengacu pada gaya pemusik reggae Bob Marley. Banyak yang menafsir, ia pengikut Bob Marley yang mencintai kebebasan berekspresi. Tetapi, Mbah Surip menyangkal. ”Saya malah tidak tahu kalau musik yang saya mainkan itu namanya reggae, ha-ha-ha,” tuturnya.
Asal tahu, menurut pengakuan Mbah Surip, sejak dulu sampai sekarang, ia sedang belajar salah. ”Kalau belajar benar itu sudah biasa, saya sedang belajar salah....” Maka itu, sangat tidak mungkin mengejar kata ”belajar salah” pada Mbah Surip. Lelaki yang dulu menggelandang dalam arti sesungguhnya, antara Bulungan, Jakarta Selatan; Taman Ismail Marzuki (TIM); dan Pasar Seni Ancol, ini ibarat pasir pantai. Kalau kita menggalinya lebih dalam, tak lama kemudian air laut menutupinya.
Dan kini Mbah Surip sudah tiada, Semoga segala amalannya di terima oleh Allah SWT dan mendapat tempat paling mulai di sisi-Nya. Mbah... Bonek love you fullll.. Selamat jalan Mbah Surip. Lagu Bonek karangan Mbah saya jadikan warisan yg teramat berarti bagi kami.
Ayah empat anak dan kakek empat cucu yang lahir di ”Jerman” alias Jejer Kauman, Magersari, Mojokerto, Jawa Timur, ini mungkin selalu menjadi anomali di sekitar lingkungan ”gaulnya”. Selama bertahun-tahun, Mbah Surip beredar di Warung Apresiasi (Wapress) Bulungan, TIM, dan Pasar Seni Ancol sebagai orang ”merdeka”. Hidupnya suka-suka. ”Siapa yang dekat dengannya, dialah yang menghidupi.
”Mbah sekarang ini tinggal di mana?” tanya Tarzan, ketika memandu acara TV
”Ya, masih di Indonesia, ha-ha-ha...,” jawab Mbah Surip sambil terkekeh. Tarzan, yang biasanya tangkas bertukar dialog saat melawak, kali ini seperti mati angin. Ia cuma nyengir sembari menggaruk-garuk kepala.
Lelaki bernama asli Urip Ariyanto ini selalu tampil di depan publik dengan gaya ”kebesarannya”, rambut gimbal serta topi, baju, dan celana berwarna bendera Jamaika. Gaya ”rastafarian” ini memang mengacu pada gaya pemusik reggae Bob Marley. Banyak yang menafsir, ia pengikut Bob Marley yang mencintai kebebasan berekspresi. Tetapi, Mbah Surip menyangkal. ”Saya malah tidak tahu kalau musik yang saya mainkan itu namanya reggae, ha-ha-ha,” tuturnya.
Asal tahu, menurut pengakuan Mbah Surip, sejak dulu sampai sekarang, ia sedang belajar salah. ”Kalau belajar benar itu sudah biasa, saya sedang belajar salah....” Maka itu, sangat tidak mungkin mengejar kata ”belajar salah” pada Mbah Surip. Lelaki yang dulu menggelandang dalam arti sesungguhnya, antara Bulungan, Jakarta Selatan; Taman Ismail Marzuki (TIM); dan Pasar Seni Ancol, ini ibarat pasir pantai. Kalau kita menggalinya lebih dalam, tak lama kemudian air laut menutupinya.
Dan kini Mbah Surip sudah tiada, Semoga segala amalannya di terima oleh Allah SWT dan mendapat tempat paling mulai di sisi-Nya. Mbah... Bonek love you fullll.. Selamat jalan Mbah Surip. Lagu Bonek karangan Mbah saya jadikan warisan yg teramat berarti bagi kami.
No comments:
Post a Comment